Senin, 17 Maret 2014

Secepat, sedalam dan sesingkat ini

Rutinitas pencari gelar sarjana, puluhan orang duduk, menunggu, berharap di sisi depan fakultas. Namun, kali ini beda, tak seperti biasanya, angin seolah berhembus, segar, pandangan tertuju pada satu makhluk, tak satupun kata terucap, namun penuh tanya. Siapakah gerangan? Wajah lesu, bingung, seolah berburu dengan waktu. Dalam hati berkata, tenang gadis, take it slowly, mari bercengkrama. Dibalik raut wajah muram, tetap terpancar keindahan. Batin bergejolak, siapa kah gadis manis ini? Ribuan teori dan metode di dalam otak sementara terhapus oleh wajahnya. Bagai penawar pusing dan peredam nyeri paling ampuh. Sekejap hilang dan tersisa tanya dan rasa penasaran. Ah, mungkin hanya sepintas dan hal yang biasa, sekali dan tidak akan ada lagi. Tak disangka, di lain hari, kembali nampak paras itu diantara wajah-wajah penuh harap namun tetap dihiasi senyum dan tawa disekitarnya. Dia lagi? Siapakah dia? Dia yang kemaren mengusik pikiran. Kali ini tak boleh lepas, Maha Pencipta punya rencana. Sendiri, berjuang and finally ada sedikit titik terang. Diam, tidak ada respon, bahkan kalimat sinis ketika di awal. Tak berhenti di sana, pejuang tak akan berhenti sebelum perang. Kalah menang itu urusan belakang. Proses, ya segala sesuatu butuh proses. seperti naik gunung tak mungkin langsung di puncak, mendaki dulu. Tak ada yang sia-sia pada setiap usaha, semakin kenal tak lagi sinis, semakin dekat dan nyaman ketika bersama gadis ini. Semakin dekat dan dekat, dan baru tahu dia telah berdua. Tak ada yang salah, dari awal hanya ingin mengenal. Namun, hati berkata lain, rasa yang tak biasa. Semua jadi berubah, paras cantik dan pribadi yang unik menjadi alasan, siapapun pasti tak ingin pergi dari sesuatu yang dirasa nyaman, tak kuasa membendung rasa dalam dada. Seperti kapal yang menemukan pelabuhan, disanalah tempat berlabuh. Gayung bersambut, dia merasakan hal yang sama. Perasaan tak biasa, padahal ada hati yang telah dimiliki. Sebenarnya tak sekompleks teori darwin atau albert einstein, hanya masalah 3 hati yang saling berkaitan. Namun, tak bisa dipaksakan, belajar sabar dan ikhlas, buang ego dalam diri, mereka berhak bahagia. Tak pernah menyesal, tak ada yang salah dengan pertemuan. Semua sudah diatur oleh Maha Cinta, tak ada yang salah dengan cinta. Benteng kuat, tembok beton pun mungkin tak mampu membendung perasaan ini. Tak pernah sependapat dengan istilah cinta tak harus memiliki, kalau cinta ya harus memiliki. Namun, kali ini lain, terpaksa harus mengikuti istilah itu. Saling suka tak harus bersama, denganya dia lebih bahagia. Saling melepaskan, berat? Pelan-pelan suatu saat pasti lepas. Sakit? Suatu saat akan sembuh dan normal kembali. Jika apa yang kita inginkan lantas kita miliki darimana kita belajar ikhlas. Jika apa yang kita impikan terwujud, darimana kita belajar sabar. Jika semua do'a kita dikabulkan darimana kita belajar ikhtiar. Semoga kau bahagia gadis cianjur, semua berawal di sana, di kampus kita, di sana juga kita berpisah. Jabat tangan penuh makna menjelang kepergianmu. Senang bisa bertemu, bisa kenal bahkan sayang. Raga mungkin tak bisa kau miliki, tapi hati ini untukmu sampai kapanpun. Secepat rasa itu datang, sedalam rasa itu merasuk, dan sesingkat itu kau pergi. I love you.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;