''Minggu kemarin Reva telah meninggalkan kita semua. Tolong nak
Kevin mengikhlaskanya ya.
apaaa???,'' jawab Kevin bak kesambar petir di siang bolong.
Tidak sepatah katapun yang terucap di mulut Kevin, handphone yang
dia pegang pun terjatuh. Perasaan sedih yang luar biasa pada saat itu, tubuh
Kevin langsung lemas seakan tak ada tenaga. Air matapin mulai membasahi
pipinya.
''Kenapa Tuhan, kenapa ini terjadi pada Reva!
Aku cinta mati kepada Reva, kenapa kau mengambilnya, kenapa?
Engkau tidak adil Tuhan! Kenapa harus Reva, kenapa tidak orang lain?
Kevin masih tidak percaya apa yang telah terjadi. Dia masih tidak
terima atas apa yang menimpa terhadap Reva.
Setelah seminggu keadaan Kevin sudah mulai membaik, dia sudah mulai
menerima dan ikhlas atas kepergian Reva. Namun tidak bisa dipungkiri, perasaan
sedih masih menggelayutinya.
Datang seorang lelaki berumur belasan tahun ke rumah Kevin, Didi
rupanya yang datang.
''Eh didi, ada apa? masuk dulu sini.
''gak usah kak cuma bentar kok, sebelumnya maaf tidak sempat memberi
tahu tentang kak Reva.
''yaudah gak papa, semua sudah terjadi gak ada yang perlu disesali.
''aku cuma mau ngasih ini kak.
Didi memberikan sebuah buku semacam diary.
''apa ini dek?
''itu diary milik kak Reva, sebelum meninggal dia berpesan untuk
memberikan diary ini kepada kak Kevin. Tolong nanti buka halaman terakhir.
''Iya dek makasih ya,
''sama-sama kak, aku langsung pamit ya.
Setelah itu, Kevin membawa diary milik Reva ke kamarnya. Dibolak
balik dari halaman awal, berjajar tulisan yang rapi berisi tentang kehidupan
Reva. sampailah Kevin pada halaman terakhir yang disebutkan Didi tadi. Di
halaman itu terdapat sebuah tulisan yang lumayan panjang. Setiap membaca kata
demi kata Kevin meneteskan air mata dan tak mampu berkata apapun. Sebuah
tulisan terkahir dari Reva untuk kekasihnya :
Sayang,
ketika kamu baca tulisan
ini mungkin aku sudah tidak ada di dunia. Maaf tidak pernah memberitahu tentang
hal ini, karena aku tidak ingin membuat kamu khawatir. Sebenarnya aku sudah
lama mempunyai penyakit parah. Aku punya penyakit kanker otak, itu alasan
kenapa aku sering mengeluh sakit. Semakin hari penyakit itu semakin parah dan
menggerogoti otaku. Dan pada akhirnya dokter memvonis kalau hidupku tidak lama
lagi. Sedih, terpukul pada saat itu, karena sebentar lagi aku bakal
meninggalkan orang-orang yang sangat aku sayangi. Papa, mamah, Didi, Kamu, Devi
dan teman-teman yang lainnya. Namun, itu adalah kenyataan yang harus aku
jalani. Mungkin Tuhan lebih sayang
padaku, sehingga memanggilku lebih cepat.
Sayang,
Terima kasih sudah menjadi
bagian hidupku, terima kasih sudah membuat hidupku menjadi lebih berwarna.
Memilikimu adalah takdir, bersamamu adalah kebahagiaan dan mencintaimu adalah
anugrah terindah.
Kamu adalah pria terhebat
yang pernah aku temui.
Sayang,
Inget gak waktu aku suruh
kamu datang ke Bandung,itu mungkin permintaan aku terakhir kali.
karena aku lama sekali
pengen ke kebun teh bersamamu, di sisa umurku aku ingin sekali bisa kesana.
dan kemarin akhirnya kamu
memenuhinya.
dan kenapa pelukan di kebun
teh itu aku minta cukup lama, karena 3 menit itu menjadi pelukan terkahir
untukku.
Sayang,
Mungkin di dunia kita belum
jodoh, tapi aku yakin suatu saat nanti kita akan bertemu di alam sana nanti. Alam
yang lebih indah dari dunia. Alam yang akan menjadi tempat untuk kita berdua
selamanya.
Semoga kamu dapat pengganti
yang lebih cantik, lebih baik dan lebih segalanya dariku.
Yang bisa menerima kamu apa
adanya.
Karena aku ingin melihatmu
bahagia.
Sayang,
Terima kasih sudah
bersamaku selama 3 tahun ini. Terima kasih untuk kasih sayang yang kau berikan.
Terima kasih udah menjadi terang dalam gelapku.Maafkan aku jika sering cerewet,
jutek, itu semua karena aku sayang sama kamu.
Yaudah sayang, jaga diri
kamu baik-baik ya.
Salam buat semua keluarga
dan teman-teman.
Aku cinta kamu Kevin!!
With Love
Reva
0 komentar:
Posting Komentar